Ulasan Pasar per 30 September 2025




Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir September ditutup melemah 0,77% dilevel 8.061,06. Investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp 1,25 triliun dipasar reguler. Penguatan IHSG selama September didorong oleh pemangkasan suku bunga BI Rate menjadi 4,75% dan kebijakan baru dari Menteri Keuangan Purbaya. Kinerja IHSG tercatat naik 13,86% sepanjang tahun 2025 hingga akhir bulan September.

Bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan akhir September 2025 ditutup menguat.  Indeks Dow Jones menguat 0,18% ke level 46.397,89, indeks Nasdaq naik 0,31% ke posisi 22.660,01 dan S&P 500 naik 0,41% kelevel 6.688,46. Selama bulan September, S&P 500 menguat 3,53%, Nasdaq meningkat 5,61%, dan Dow Jones naik 1,87%. Meski pasar mengantisipasi penurunan suku bunga lanjutan, kebuntuan politik di Washington menambah ketidakpastian. Presiden AS Donald Trump memperingatkan bahwa jika pemerintah tutup, pihaknya akan mengambil langkah yang tidak dapat diubah, termasuk memangkas program penting bagi Partai Demokrat. Analis menilai potensi dampak kali ini lebih besar mengingat kondisi ekonomi yang rapuh.

Akhir bulan September 2025, Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing keluar (capital outflow) di pasar keuangan dalam negeri sebesar Rp 2,71 triliun dalam periode 22-25 September 2025. Aliran modal asing tercatat keluar melalui instrument pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 2,16 triliun dan instrument SRBI sebesar 5,06 triliun. Sementara di instrument pasar saham, investor asing tercatat beli bersih sebesar Rp 4,51 triliun. Sejak awal tahun hingga 25 September 2025, aliran modal asing yang keluar Indonesia sebanyak Rp 51,34 triliun dipasar saham dan instrument SRBI sebesar Rp 128,85 triliun. Sementara itu, terjadi aliran modal asing yang masuk ke instrument SBN  sebesar Rp 36,25 triliun.

Nilai tukar Rupiah terhadap US Dolar pada perdagangan hari Kamis (02/10) dibuka dilevel Rp 16.590, menguat tipis 0,06%. Pergerakan rupiah masih akan sangat dipengaruhi oleh volatilitas pergerakan DXY. Indeks dolar AS sedikit mengalami penguatan setelah Mahkamah Agung AS menunda pencopotan Gubernur The Fed Lisa Cook serta pasca penutupan pemerintahan AS yang dimulai pada Rabu (1/10/2025). Pelaku pasar kini kembali fokus pada arah kebijakan moneter dan kapan government shutdown AS akan berakhir.

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi tahunan pada September 2025 yang tercatat sebesar 2,65% (YoY), lebih tinggi dibanding dengan bulan Agustus 2025 yang tercatat sebesar 2,31% (YoY). Pada bulan September tercatat terjadi inflasi sebesar 0,21%, sedangkan dibulan sebelumnya Agustus, terjadi deflasi sebesar 0,08%. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, komoditas yang mendorong inflasi adalah kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami tekanan inflasi 0,38% (mtm) dengan andil menjadi yang terbesar yakni 0,11%. Komoditas yang dominan mendorong inflasi kelompok ini adalah cabai merah dan daging ayam ras yang beri andil inflasi masing-masing sebesar 0,13%.

Harga minyak dunia diperdagangan Kamis (02/10) ditutup melemah. Minyak jenis WTI berada diposisi US$ 60,48 per barel, sementara harga minyak jenis brent dikisaran US$ 64,11 per barel. Harga minyak dunia bergerak dalam trend melemah, akibat kekhawatiran kelebihan pasokan di pasar menjelang pertemuan OPEC+ pada akhir pekan lalu. OPEC+ kemungkinan akan menyepakati peningkatan produksi minyak hingga 500.000 barel per hari pada November, tiga kali lipat dari peningkatan pada Oktober, seiring upaya Arab Saudi untuk merebut kembali pangsa pasar.

Bulan Oktober 2025, IHSG diprediksi akan bergerak dengan range level 8,034 – 8,142. IHSG berpotensi melanjutkan penguatan ditopang saham lapis kedua serta saham-saham konglomerasi.

Ulasan Pasar per 29 Agustus 2025

 

 

 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir Agustus ditutup melemah 1,53% dilevel 7.830,49. Investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp 1,12 triliun, angka ini adalah yang terdalam sejak 31 Juli 2025 (Rp 1,26 triliun). Kinerja IHSG tercatat naik 9,59% ke 7.830 sepanjang tahun 2025 hingga akhir Agustus 2025, ditopang sektor teknologi yang melonjak 61,40%.

Bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan akhir Agustus 2025 ditutup melemah.  Indeks Dow Jones melemah 0,20% ke level 45.544,88, indeks Nasdaq turun 1,15% ke posisi 21.455,55 dan S&P 500 turun 0,64% kelevel 6.460,26. Belanja konsumen AS meningkat paling tinggi dalam empat bulan terakhir pada bulan Juli, sementara inflasi sektor jasa meningkat, tetapi para ekonom tidak yakin tanda-tanda permintaan domestik yang kuat akan mencegah Federal Reserve memangkas suku bunga bulan depan di tengah melemahnya kondisi pasar tenaga kerja.

Akhir bulan Juli 2025, Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing keluar (capital outflow) di pasar keuangan dalam negeri sebesar Rp 250 miliar dalam periode 25-28 Agustus 2025. Aliran modal asing tercatat keluar melalui instrument SRBI sebesar Rp 10,79 triliun. Instrument pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan instrument pasar saham tercatat adanya aliran modal asing masuk (capital inflow) masing-masing sebesar Rp 7,93 triliun dan Rp 2,62 triliun. Sejak awal tahun hingga 28 Agustus 2025, aliran modal asing yang keluar Indonesia sebanyak Rp 48,01 triliun dipasar saham dan instrument SRBI sebesar Rp 94,28 triliun. Sementara itu, terjadi aliran modal asing yang masuk ke instrument SBN sebesar Rp 76,44 triliun.

Nilai tukar Rupiah terhadap US Dolar pada perdagangan hari Selasa (02/09) dibuka dilevel Rp 16.420, melemah tipis 0,08%. Rupiah masih berada dalam trend melemah akibat sentiment negatif kondisi domestik menyusul eskalasi demonstrasi di berbagai wilayah terkait kritik atas kinerja DPR dan insiden tewasnya pengemudi ojek online di Jakarta akibat benturan dengan aparat.

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi tahunan pada Agustus 2025 yang tercatat sebesar 2,31% (YoY), lebih rendah dibanding dengan bulan Juli 2025 yang tercatat sebesar 2,37% (YoY). Pada bulan Agustus tercatat terjadi deflasi sebesar 0,08%, sedangkan dibulan sebelumnya Juli, terjadi inflasi sebesar 0,3%. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, komoditas yang mendorong deflasi adalah kelompok makanan minuman dan tembakau dengan deflasi sebesar 0,29% dan memberi andil deflasi sebesar 0,08%. Terbesar adalah cabai rawit dengan andil 0,07%. Komoditas lain adalah tarif angkutan udara dengan andil 0,03% dan bensin 0,02%.

Harga minyak dunia diperdagangan Selasa (02/09) dibuka menguat. Minyak jenis WTI berada diposisi US$ 64,98 per barel, sementara harga minyak jenis brent dikisaran US$ 68,49 per barel. Harga minyak dunia bergerak dalam trend menguat, didorong oleh kekhawatiran gangguan pasokan imbas eskalasi konflik Rusia-Ukraina. Serangan drone Ukraina memaksa penutupan fasilitas kilang yang menyumbang setidaknya 17% kapasitas penyulingan Rusia, atau sekitar 1,1 juta barel per hari. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran lebih lanjut akan ketatnya pasokan global.

Bulan September 2025, IHSG diprediksi akan bergerak dengan range level 7,547 – 8,022. IHSG berpotensi menguat ditopang mulai stabilnya kondisi keamanan dan politik dalam negeri serta sentiment positif rencana The Fed yang akan memangkas suku bunga acuan di bulan september ini.

Ulasan Pasar per 31 Juli 2025

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir Juli ditutup melemah 0,87% dilevel 7.484,34. Investor asing (nonresiden) tercatat melakukan net sell atau jual bersih Rp 1,26 triliun di seluruh pasar. Sepanjang periode Juli 2025, IHSG mencatatkan kinerja positif dengan penguatan sebesar 8,04%. Penguatan indeks sebagian besar ditopang oleh penguatan saham-saham konglomerasi nasional.

Bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan akhir Juli 2025 ditutup beragam. Indeks Dow Jones turun 0,38% ke level 44.461,28, indeks Nasdaq naik tipis 0,15% ke posisi 21.129,67 dan S&P 500 turun 0,12% kelevel 6.362,9. Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell mengungkapkan, The Fed dapat mempertahankan suku bunga tetap stabil sambil menunggu untuk melihat apakah kebijakan tarif akan mendorong inflasi.

Akhir bulan Juli 2025, Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing keluar (capital outflow) di pasar keuangan dalam negeri sebesar Rp 16,24 triliun dalam periode 28-31 Juli 2025. Aliran modal asing tercatat keluar melalui instrument SRBI sebesar Rp 12,60 triliun, instrument pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 1,37 triliun dan instrument pasar saham sebesar Rp 2,27 triliun. Sejak awal tahun hingga 31 Juli 2025, aliran modal asing yang keluar Indonesia sebanyak Rp 58,69 triliun dipasar saham dan instrument SRBI sebesar Rp 77,39 triliun. Sementara itu, terjadi aliran modal asing yang masuk ke instrument SBN sebesar Rp 59,07 triliun.

Nilai tukar Rupiah terhadap US Dolar pada perdagangan hari Rabu (04/08) dibuka dilevel Rp 16.400, menguat 0,52%. Pelemahan indeks dolar ini menjadi salah satu pendorong penguatan rupiah. Indeks DXY mengalami pelemahan sebesar 0,31% dilevel 98.83. Penurunan ini dipicu oleh rilis data ketenagakerjaan AS yang mengecewakan.

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi tahunan pada Juli 2025 yang tercatat sebesar 2,37% (YoY), lebih tinggi dibanding dengan bulan Juni 2025 yang tercatat sebesar 1,87% (YoY). Pada bulan Juli inflasi tercatat sebesar 0,30%, sedangkan dibulan sebelumnya Juni, inflasi sebesar 0,19%. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, komoditas yang dominan mendorong inflasi adalah beras, dengan andil inflasi 0,06%.

Harga minyak dunia diperdagangan Senin (04/08) dibuka turun. Minyak jenis WTI berada diposisi US$ 67,24 per barel, sementara harga minyak jenis brent dikisaran US$ 69,53 per barel. Harga minyak dunia bergerak dalam trend turun, Penurunan ini sejalan dengan sentimen negatif dari pasar global, terutama setelah OPEC+ mengumumkan kenaikan produksi hingga 547.000 barel per hari (bph) untuk September.

Bulan Agustus 2025, IHSG diprediksi akan bergerak dengan range level 7,156 – 7,910. Pelaku pasar diperkirakan akan melakukan profit taking setelah penguatan tajam IHSG di bulan Juli lalu.