Ulasan Pasar per 30 April 2021

IHSG pada penutupan perdagangan hari Jumat 30 April 2021 mencatatkan penurunan 0,29% atau turun 17,34 poin ke level 5.995,62. Dari awal tahun IHSG mengalami kenaikan sebesar 0,28%, Dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 7.096 Triliun dengan rata-rata nilai transaksi harian Rp 14,235 Miliar.

Bursa Wall Street ditutup menguat seiring dengan penguatan rilis laporan keuangan emiten dan ekonomi AS pada kuartal I/2021. Pelaku pasar mencerna rilis terbaru dari laporan keuangan emiten dan data yang menunjukkan ekonomi Amerika menguat dalam tiga bulan pertama tahun ini. Dow Jones naik (+0,71%) menjadi 34.060,36, S&P 500 menguat (+0,68%) menjadi 4.211,47, dan NASDAQ melonjak (+0,22%) ke level 14.082,55.

Bursa Wall Street memperpanjang kenaikan setelah Bank Sentral AS mengatakan terlalu dini untuk mempertimbangkan menarik kembali dukungan darurat untuk ekonomi, dan Presiden AS Joe Biden mengusulkan paket stimulus senilai US$ 1,8 triliun. Data yang dirilis Kamis, 29 April 2021 menunjukkan produk domestik bruto AS meningkat pada tingkat tahunan 6,4% pada kuartal I/2021, sementara aplikasi  untuk asuransi pengangguran negara bagian AS turun pekan lalu ke level terendah pandemi baru.

Harga obligasi berdenominasi Rupiah melanjutkan penguatannya pada perdagangan hari terakhir pekan lalu seiring dengan meningkatnya optimisme global. Harga SUN seri acuan ditutup menguat pada kisaran 20 – 55 bp, dimana yield SUN bertenor 10 tahun (FR0087) turun 3 bp ke level 6,43%. Volume transaksi SBN secara outright tercatat sebesar IDR16,4 triliun akhir pecan lalu, meningkat dari volume transaksi hari sebelumnya yang sebesar IDR12,3 triliun, serta lebih tinggi dari rata-rata transaksi harian secara month-to-date yang sebesar IDR15,9 triliun.

Bank sentral AS The Federal Reserves (The Fed) dalam pernyataanya tetap akan mempertahankan stance dovish untuk kebijakan moneternya. Suku bunga acuan (Fed Fund Rate) ditahan di area zero lower bound. The Fed juga menyatakan bahwa inflasi memang naik bersamaan dengan penguatan angka tenaga kerja dan aktivitas ekonomi karena pengaruh vaksinasi dan kuatnya dukungan kebijakan. Kebijakan moneter longgar dan adanya peluang kenaikan inflasi membuat nilai tukar dolar AS (US$) melemah.

Dana Moneter Internasional (IMF) dan Departemen Keuangan Amerika Serikat bekerja sama untuk memberikan bantuan senilai total US$ 650 miliar atau Rp 9.100 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$) kepada negara-negara yang paling terdampak pademi Covid-19. Bantuan ini diberikan nama ‘currency aid’. Nantinya dana ini diharapkan akan dapat membantu membangun penyangga cadangan, memperlancar penyesuaian, dan mengurangi risiko stagnasi ekonomi dalam pertumbuhan global.

Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), sepanjang triwulan I tahun 2021, nilai investasi yang direalisasikan oleh industri pengolahan menembus Rp88,3 triliun. Itu berarti terjadi kenaikan 38 persen dibanding capaian pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp64 triliun. Dari Rp88,3 triliun itu, sektor manufaktur memberikan kontribusi signifikan hingga 40,2 persen terhadap total nilai investasi di Indonesia yang mencapai Rp219,7 triliun. Realisasi investasi nasional tersebut naik 4,3 persen dibanding pada triwulan I tahun 2020 (Rp210,7 triliun). Rincian nilai investasi sektor industri manufaktur pada triwulan I tahun 2021, yaitu dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) mencapai Rp23 triliun serta penanaman modal asing (PMA) Rp65,3 triliun. Jumlah sumbangsih tersebut melonjak dibanding perolehan pada periode yang sama tahun lalu, yakni PMDN sekitar Rp19,8 triliun dan PMA (Rp44,2 triliun).