Ulasan Pasar per 29 November 2024

 

 

 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir November 2024 ditutup turun 1,19% dilevel 7.114,27. Pelemahan IHSG seiring kondisi pasar modal global dan regional yang masih tertekan, serta masih adanya tekanan jual pada beberapa emiten perbankan dan saham ADRO. Penurunan IHSG di bulan November disertai dengan aksi jual masif oleh investor asing yang mencapai Rp15 triliun di pasar reguler dan Rp15,26 triliun di semua pasar.

 

Bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan akhir November 2024 (29/11) ditutup positif. Indeks Dow Jones naik 0,42% ke level 44.910,65, indeks Nasdaq menguat 0,83% ke posisi 19.218,17 dan S&P 500 naik 0,56% ke level 6.032,38. Perdagangan saham di bulan November sebagian besar berpusat pada reli pasca pemilu setelah kemenangan Presiden terpilih Donald Trump. Indeks Dow Jones pada bulan November tercatat menguat sebesar 7,5%, indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing menguat sebesar 5% dan 6%.

 

Akhir bulan November Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing keluar (capital outflow) di pasar keuangan dalam negeri sebesar Rp 1,78 triliun dalam periode 25 – 28 November 2024. Aliran modal asing keluar melalui pasar saham sebesar Rp 2,01 triliun, dan melalui Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar Rp 1,66 triliun, sementara di instrument SBN terjadi capital inflow sebesar  Rp 1,89 triliun. Sejak 1 Januari hingga 28 November 2024, total modal asing masuk bersih di pasar SBN sebesar Rp 29,17 triliun, di pasar saham Rp 24,65 triliun, dan di SRBI sebesar Rp 184,85 triliun.

 

Nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar pada perdagangan awal Desember (03/12) berada dilevel Rp 15.930, melemah 0,22%. Pelemahan Rupiah seiring dengan data aktivitas manufaktur Indonesia yang kembali mencatatkan kontraksi lima bulan beruntun. Data Purchasing Managers’ Index (PMI) yang dirilis S&P Global menunjukkan PMI manufaktur Indonesia terkontraksi ke 49,6 pada November 2024. PMI Manufaktur Indonesia sudah mengalami kontraksi selama lima bulan beruntun yakni pada Juli (49,3), Agustus (48,9), September (49,2), Oktober (49,2), dan November 2024 (49,6).

 

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi tahunan pada November 2024 yang tercatat sebesar 1,55% (YoY), lebih rendah dari inflasi tahunan di bulan Oktober 2024 yang mencapai 1,71%. Pada bulan November tercatat terjadi inflasi sebesar 0,3%, sementara di bulan sebelumnya Oktober tercatat inflasi sebesar 0,08%. Inflasi bulan November dipicu oleh makanan minuman dan tembakau dengan inflasi 0,17% yang memberikan andil sebesar 0,22%. Komoditas bawang merah, tomat yang masing-masing memberi andil inflasi 0,10%. Sementara itu, terdapat komoditas lain yang memberi andil inflasi antara lain, emas perhiasan dengan andil sebesar 0,04%, daging ayam ras dan minyak goreng dengan andilnya 0,03%.

 

Harga minyak dunia diperdagangan awal Desember 2024 (03/12) dibuka beragam. Minyak jenis WTI turun tipis 0,03% ke posisi US$ 68,08 per barel sementara harga minyak jenis brent naik 0,04% ke posisi US$ 71,86 per barel. Harga minyak dunia bergerak stabil setelah OPEC+ kemungkinan akan memperpanjang pemotongan produksi minyak hingga akhir kuartal pertama tahun 2024. Langkah ini bertujuan untuk memberikan dukungan tambahan pada pasar komoditi minyak.

 

Bulan Desember IHSG diprediksi akan bergerak positif dengan level resistant terdekat dilevel 7,458. Penguatan IHSG akan ditunjang faktor oleh reboundnya saham-saham Blue Chip yang telah mengalami kondisi jenuh jual serta adanya potensi terjadinya window dressing yang biasa terjadi di bulan Desember. 

 

 

Ulasan Pasar per 31 Oktober 2024

 

 

 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir Oktober 2024 ditutup naik tipis 0,06% dilevel 7.574,02. Kinerja IHSG bulan Oktober tercatat menguat sebesar 0,61%. Penguatan indeks selama bulan oktober salah satunya ditunjang oleh rilis laporan kinerja emiten kuartal III tahun 2024 yang mayoritas mencatatkan kinerja yang positif.

Bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan akhir Oktober 2024 (31/10) ditutup negatif. Indeks Dow Jones melemah 0,9% ke level 41.763,46, indeks Nasdaq turun 2,76% ke posisi 18.095,15 dan S&P 500 melemah 1,86% kelevel 5.705,45. Bursa saham Amerika selama bulan Oktober bergerak fluktuatif dengan ketidakpastian tinggi menjelang pemilihan presiden (pilpres) AS pada 5 November. Sepanjang Oktober, Dow Jones turun 1,3%, S&P terpangkas 1%, dan Nasdaq turun 0,5%.

Akhir bulan Oktober Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing keluar (capital outflow) di pasar keuangan dalam negeri sebesar Rp 4,86 triliun dalam periode 28 – 31 Oktober 2024. Aliran modal asing keluar melalui instrument Saham sebesar Rp 2,88 triliun, dan melalui instrument SBN sebesar Rp 3,95 triliun, sedangkan di instrumen SRBI tercatat adanya capital inflow  sebesar Rp 1,63 triliun. Secara kumulatif dari 1 Januari hingga 31 Oktober 2024, investor asing tercatat beli neto sebesar Rp 43,51 triliun di pasar SBN, beli neto Rp 39,91 triliun di pasar saham dan beli neto Rp 200 triliun di SRBI.

Nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar pada perdagangan awal November (04/11) 2024 berada dilevel Rp 15.775, melemah 0,25%. Pelemahan Rupiah seiring dengan penguatan indeks dolar AS (DXY) yang telah mengalami penguatan beberapa pekan terakhir. Pelaku pasar memilih aset konservatif atau safe haven (US Dollar) di tengah ketidakpastian menjelang pemilu AS dan pengumuman kebijakan moneter the Fed pada 7 November pukul 14.00 waktu AS atau sekitar Jumat dini hari waktu Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi tahunan pada Oktober 2024 yang tercatat sebesar 1,71% (YoY), lebih rendah dari inflasi tahunan di bulan September 2024 yang mencapai 1,84%. Pada bulan Oktober tercatat terjadi inflasi sebesar 0,08%, sementara di bulan sebelumnya September tercatat deflasi sebesar 0,12%. Inflasi secara bulanan ini mengakhiri tren deflasi selama lima bulan beruntun (sejak Mei-September 2024). Komoditas penyumbang utama andil inflasi secara bulanan yakni emas perhiasan sebesar 0,06%, daging ayam ras 0,04%, bawang merah 0,03%, tomat 0,2%, dan nasi dengan lauk sebesar 0,02%. Andil emas yang begitu tinggi ini disebabkan kenaikan harga emas yang melonjak lebih dari 35% sepanjang Oktober 2024.

Harga minyak dunia diperdagangan awal November 2024 (04/11) dibuka menguat. Minyak jenis WTI menguat 1,34% ke posisi US$ 70,48 per barel sementara harga minyak jenis brent naik 1,31% ke posisi US$ 74,06 per barel. Harga minyak dunia mengalami penguatan setelah OPEC+, organisasi produsen minyak yang terdiri dari delapan negara plus Rusia dan negara sekutu lainnya menyatakan akan menunda peningkatan produksi minyak sampai akhir Desember tahun ini.

Bulan November IHSG diprediksi akan bergerak positif dengan level resistant terdekat dilevel 7,661. Investor akan memperhatikan hasil pemilu Amerika tanggal 5 November serta keberlanjutan kebijakan penurunan suku bunga oleh bank sentral Amerika The Fed pada tanggal 6-7 November 2024.

Ulasan Pasar per 30 September 2024

 

 

 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir September 2024 ditutup anjlok 2,2% dilevel 7.527,93. Kinerja IHSG bulan September tercatat melemah sebesar 1,9%. Sebelumnya, IHSG sempat mencatat rekor tertinggi sepanjang masa (all time high) di level 7.905 (19/9). Pelemahan indeks dipicu investor asing yang terus melakukan penjualan saham-saham Indonesia setelah adanya kabar bahwa pemerintah China akan memberikan stimulus ekonomi untuk beberapa sektor industri.

 

Bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan akhir September 2024 (30/09) ditutup positif. Indeks Dow Jones naik 0,04% ke level 42.330,15, indeks Nasdaq menguat 0,38% ke posisi 18.189,17 dan S&P 500 naik 0,42% kelevel 5.742,48. Bursa saham Amerika selama bulan September mencatatkan kinerja yang positif, Dow Jones menguat 1,9%, indeks Nasdaq naik 2,7% dan indeks S&P menguat 2%. Meskipun investor secara umum optimistis menjelang akhir tahun, bulan Oktober memiliki sejarah yang meresahkan bagi pasar saham AS. Bukan tanpa alasan, Oktober dikenal sebagai masa volatilitas ekstrem, dengan beberapa penurunan Wall Street yang paling menonjol terjadi selama bulan Oktober.

 

Akhir bulan September Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing keluar (capital outflow) di pasar keuangan dalam negeri sebesar Rp 9,73 triliun dalam periode 23 – 26 September 2024. Aliran modal asing keluar melalui instrument Saham sebesar Rp 2,88 triliun, instrumen SRBI sebesar Rp 5,5 triliun, dan melalui instrument SBN sebesar Rp 1,3 triliun. Secara kumulatif dari 1 Januari hingga 26 September 2024, investor asing tercatat beli neto sebesar Rp 31,07 triliun di pasar SBN, beli neto Rp 57,13 triliun di pasar saham dan beli neto Rp 193,60 triliun di SRBI.

 

Nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar pada perdagangan awal Oktober (01/10) 2024 berada dilevel Rp 15.206, melemah 0,44%. Pelemahan Rupiah disebabkan oleh peningkatan arus modal investor asing yang keluar dari pasar keuangan domestik, selain itu pelaku pasar masih menunggu pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell terkait petunjuk percepatan pelonggaran moneter yang akan disampaikan pada pekan ini.

 

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi tahunan pada September 2024 yang tercatat sebesar 1,84% (YoY), lebih rendah dari inflasi tahunan di bulan Agustus 2024 yang mencapai 2,12%. Pada bulan September tercatat terjadi deflasi sebesar 0,12%, sementara di bulan sebelumnya Agustus juga tercatat deflasi sebesar 0,03%. Deflasi ini telah terjadi selama 5 bulan berturut-turut. Inflasi tahunan terbesar terjadi pada kelompok makanan minuman dan tembakau yaitu sebesar 2,57% dan memberikan andil sebesar 0,73% terhadap inflasi umum. Komoditas yang memberikan andil inflasi kelompok ini antara lain beras dan sigaret kretek mesin yang masing-masing memberikan andil 0,23% dan 0,13%.

 

Harga minyak dunia diperdagangan awal Oktober 2024 (01/10) dibuka menguat. Minyak jenis WTI menguat 0,28% ke posisi US$ 68,35 per barel sementara harga minyak jenis brent naik 0,17% ke posisi US$ 71,89 per barel. Harga minyak dunia mengalami tekanan karena pertumbuhan permintaan yang lebih lemah dari perkiraan tahun ini terutama di China, importir minyak mentah terbesar di dunia. Kekhawatiran tentang permintaan ini semakin diperkuat setelah data ekonomi China menunjukkan aktivitas manufaktur yang menyusut untuk bulan kelima pada September ini.

 

Bulan Oktober IHSG diprediksi bergerak konsolidasi dengan level support terdekat dilevel 7,275. Investor akan memperhatikan sentimen eksternal seperti konflik Timur Tengah (Iran vs Israel), data ekonomi China serta keberlanjutan kebijakan penurunan suku bunga oleh bank sentral Amerika The Fed.