Ulasan Pasar per 30 November 2020

IHSG Senin 30 November 2020 ditutup mengalami penurunan sebesar 170,92 poin atau 2,95 % di level 5.612,41. Anjloknya IHSG setelah investor melanjutkan aksi ambil untung pasca IHSG yang melesat kencang sepekan terakhir dan kenaikan kasus Covid-19 dari dalam negeri sehingga potensi terjadinya PSBB ketat kembali mencuat. Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan jual bersih masif sebanyak Rp 2,6 triliun di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 32,8 triliun.

Sejumlah indikator perekonomian yang menunjukkan tren perbaikan diyakini merupakan salah satu sinyal positif pemulihan ekonomi di Indonesia. Indikator utamanya adalah bangkitnya industry manufaktur, tercermin pada Purchasing Manager’s Index (PMI). Hasil survei HIS Markit PMI manufaktur Indonesia menunjukkan peningkatan 3 poin pada bulan November menjadi 50,6 naik dibanding Oktober pada level 47,8. Hal ini didorong oleh peningkatan output  produksi, sejalan dengan peningkatan pesanan baru untuk pertama kalinya dalam tiga bulan terakhir. Hal itu murupakan sinyal bahwa industry manufaktur mulai ekspansif.

Indikator lain terlihat pada membaiknya bisnis pariwisata. BPS mencatat jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia pada Oktober meningkat 4,57% dibanding September menjadi 158.189 orang. Jumlah itu memang merosot 88,25% dibandingkan periode sama 2019.

Dilain sisi Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi inflasi pada bulan November 2020 sebesar 0,28 % dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,21. Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–November) 2020 sebesar 1,23 % dan tingkat inflasi tahun ke tahun (November 2020 terhadap November 2019) sebesar 1,59 %.

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat posisi utang pemerintah berada di kisaran Rp 5.877,71 triliun per akhir bulan Oktober 2020 atau naik sebesar Rp120,84 triliun dari Rp5.756,87 triliun per September 2020. Nilai ini juga naik Rp 1.121,58 triliun dari Oktober 2019 sebesar Rp 4.756,13 triliun. Adapun, utang pemerintah ini masih didominasi oleh Surat Berharga Negara (SBN) sebesar 85,56% dan pinjaman sebesar 14,44%. Utang dari SBN tercatat Rp5.028,86 triliun yang terdiri dari SBN domestik Rp 3.782,69 triliun dan valas Rp1.246,16 triliun. Sedangkan utang melalui pinjaman tercatat Rp 848,85 triliun,yaitu pinjaman dalam negeri Rp 11,08 triliun dan pinjaman luar negeri Rp 837,77 triliun.

Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Pandu Patria Sjahrir dan perwakilan dari China Coal Transportation and Distribution Association (CCTDA) Liang Jia Kun telah menandatangi komitmen jual-beli batubara Indonesia untuk China senilai US$ 1,46 miliar atau setara Rp 20,6 triliun yang akan berjalan selama  3 tahun.

Hingga 11 November, Rp386.0 dana PEN sudah tersalurkan atau 55,5% pagu senilai Rp 695,2tn (4,2% PDB). Pemerintah masih harus menyalurkan sisa Rp 309,2tn pada dua bulan ini.

Otoritas Jasa Keuangan menargetkan pertumbuhan kredit 1-4% di 2021 yang merupakan tahun konsolidasi. Adapun pertumbuhan kredit 2020 diperkirakan -0,47% YoY menjadi Rp 5.480tn. Tiga hal yang mempengaruhi pertumbuhan kredit, yaitu restrukturisasi debitur, risk appetite dari perbankan, dan ketersediaan loanable fund.