Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir September ditutup melemah 0,77% dilevel 8.061,06. Investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp 1,25 triliun dipasar reguler. Penguatan IHSG selama September didorong oleh pemangkasan suku bunga BI Rate menjadi 4,75% dan kebijakan baru dari Menteri Keuangan Purbaya. Kinerja IHSG tercatat naik 13,86% sepanjang tahun 2025 hingga akhir bulan September.
Bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan akhir September 2025 ditutup menguat. Indeks Dow Jones menguat 0,18% ke level 46.397,89, indeks Nasdaq naik 0,31% ke posisi 22.660,01 dan S&P 500 naik 0,41% kelevel 6.688,46. Selama bulan September, S&P 500 menguat 3,53%, Nasdaq meningkat 5,61%, dan Dow Jones naik 1,87%. Meski pasar mengantisipasi penurunan suku bunga lanjutan, kebuntuan politik di Washington menambah ketidakpastian. Presiden AS Donald Trump memperingatkan bahwa jika pemerintah tutup, pihaknya akan mengambil langkah yang tidak dapat diubah, termasuk memangkas program penting bagi Partai Demokrat. Analis menilai potensi dampak kali ini lebih besar mengingat kondisi ekonomi yang rapuh.
Akhir bulan September 2025, Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing keluar (capital outflow) di pasar keuangan dalam negeri sebesar Rp 2,71 triliun dalam periode 22-25 September 2025. Aliran modal asing tercatat keluar melalui instrument pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 2,16 triliun dan instrument SRBI sebesar 5,06 triliun. Sementara di instrument pasar saham, investor asing tercatat beli bersih sebesar Rp 4,51 triliun. Sejak awal tahun hingga 25 September 2025, aliran modal asing yang keluar Indonesia sebanyak Rp 51,34 triliun dipasar saham dan instrument SRBI sebesar Rp 128,85 triliun. Sementara itu, terjadi aliran modal asing yang masuk ke instrument SBN sebesar Rp 36,25 triliun.
Nilai tukar Rupiah terhadap US Dolar pada perdagangan hari Kamis (02/10) dibuka dilevel Rp 16.590, menguat tipis 0,06%. Pergerakan rupiah masih akan sangat dipengaruhi oleh volatilitas pergerakan DXY. Indeks dolar AS sedikit mengalami penguatan setelah Mahkamah Agung AS menunda pencopotan Gubernur The Fed Lisa Cook serta pasca penutupan pemerintahan AS yang dimulai pada Rabu (1/10/2025). Pelaku pasar kini kembali fokus pada arah kebijakan moneter dan kapan government shutdown AS akan berakhir.
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi tahunan pada September 2025 yang tercatat sebesar 2,65% (YoY), lebih tinggi dibanding dengan bulan Agustus 2025 yang tercatat sebesar 2,31% (YoY). Pada bulan September tercatat terjadi inflasi sebesar 0,21%, sedangkan dibulan sebelumnya Agustus, terjadi deflasi sebesar 0,08%. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, komoditas yang mendorong inflasi adalah kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami tekanan inflasi 0,38% (mtm) dengan andil menjadi yang terbesar yakni 0,11%. Komoditas yang dominan mendorong inflasi kelompok ini adalah cabai merah dan daging ayam ras yang beri andil inflasi masing-masing sebesar 0,13%.
Harga minyak dunia diperdagangan Kamis (02/10) ditutup melemah. Minyak jenis WTI berada diposisi US$ 60,48 per barel, sementara harga minyak jenis brent dikisaran US$ 64,11 per barel. Harga minyak dunia bergerak dalam trend melemah, akibat kekhawatiran kelebihan pasokan di pasar menjelang pertemuan OPEC+ pada akhir pekan lalu. OPEC+ kemungkinan akan menyepakati peningkatan produksi minyak hingga 500.000 barel per hari pada November, tiga kali lipat dari peningkatan pada Oktober, seiring upaya Arab Saudi untuk merebut kembali pangsa pasar.
Bulan Oktober 2025, IHSG diprediksi akan bergerak dengan range level 8,034 – 8,142. IHSG berpotensi melanjutkan penguatan ditopang saham lapis kedua serta saham-saham konglomerasi.

Recent Comments