Ulasan Pasar per 31 Oktober 2024

 

 

 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir Oktober 2024 ditutup naik tipis 0,06% dilevel 7.574,02. Kinerja IHSG bulan Oktober tercatat menguat sebesar 0,61%. Penguatan indeks selama bulan oktober salah satunya ditunjang oleh rilis laporan kinerja emiten kuartal III tahun 2024 yang mayoritas mencatatkan kinerja yang positif.

Bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan akhir Oktober 2024 (31/10) ditutup negatif. Indeks Dow Jones melemah 0,9% ke level 41.763,46, indeks Nasdaq turun 2,76% ke posisi 18.095,15 dan S&P 500 melemah 1,86% kelevel 5.705,45. Bursa saham Amerika selama bulan Oktober bergerak fluktuatif dengan ketidakpastian tinggi menjelang pemilihan presiden (pilpres) AS pada 5 November. Sepanjang Oktober, Dow Jones turun 1,3%, S&P terpangkas 1%, dan Nasdaq turun 0,5%.

Akhir bulan Oktober Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing keluar (capital outflow) di pasar keuangan dalam negeri sebesar Rp 4,86 triliun dalam periode 28 – 31 Oktober 2024. Aliran modal asing keluar melalui instrument Saham sebesar Rp 2,88 triliun, dan melalui instrument SBN sebesar Rp 3,95 triliun, sedangkan di instrumen SRBI tercatat adanya capital inflow  sebesar Rp 1,63 triliun. Secara kumulatif dari 1 Januari hingga 31 Oktober 2024, investor asing tercatat beli neto sebesar Rp 43,51 triliun di pasar SBN, beli neto Rp 39,91 triliun di pasar saham dan beli neto Rp 200 triliun di SRBI.

Nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar pada perdagangan awal November (04/11) 2024 berada dilevel Rp 15.775, melemah 0,25%. Pelemahan Rupiah seiring dengan penguatan indeks dolar AS (DXY) yang telah mengalami penguatan beberapa pekan terakhir. Pelaku pasar memilih aset konservatif atau safe haven (US Dollar) di tengah ketidakpastian menjelang pemilu AS dan pengumuman kebijakan moneter the Fed pada 7 November pukul 14.00 waktu AS atau sekitar Jumat dini hari waktu Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi tahunan pada Oktober 2024 yang tercatat sebesar 1,71% (YoY), lebih rendah dari inflasi tahunan di bulan September 2024 yang mencapai 1,84%. Pada bulan Oktober tercatat terjadi inflasi sebesar 0,08%, sementara di bulan sebelumnya September tercatat deflasi sebesar 0,12%. Inflasi secara bulanan ini mengakhiri tren deflasi selama lima bulan beruntun (sejak Mei-September 2024). Komoditas penyumbang utama andil inflasi secara bulanan yakni emas perhiasan sebesar 0,06%, daging ayam ras 0,04%, bawang merah 0,03%, tomat 0,2%, dan nasi dengan lauk sebesar 0,02%. Andil emas yang begitu tinggi ini disebabkan kenaikan harga emas yang melonjak lebih dari 35% sepanjang Oktober 2024.

Harga minyak dunia diperdagangan awal November 2024 (04/11) dibuka menguat. Minyak jenis WTI menguat 1,34% ke posisi US$ 70,48 per barel sementara harga minyak jenis brent naik 1,31% ke posisi US$ 74,06 per barel. Harga minyak dunia mengalami penguatan setelah OPEC+, organisasi produsen minyak yang terdiri dari delapan negara plus Rusia dan negara sekutu lainnya menyatakan akan menunda peningkatan produksi minyak sampai akhir Desember tahun ini.

Bulan November IHSG diprediksi akan bergerak positif dengan level resistant terdekat dilevel 7,661. Investor akan memperhatikan hasil pemilu Amerika tanggal 5 November serta keberlanjutan kebijakan penurunan suku bunga oleh bank sentral Amerika The Fed pada tanggal 6-7 November 2024.

Ulasan Pasar per 30 September 2024

 

 

 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir September 2024 ditutup anjlok 2,2% dilevel 7.527,93. Kinerja IHSG bulan September tercatat melemah sebesar 1,9%. Sebelumnya, IHSG sempat mencatat rekor tertinggi sepanjang masa (all time high) di level 7.905 (19/9). Pelemahan indeks dipicu investor asing yang terus melakukan penjualan saham-saham Indonesia setelah adanya kabar bahwa pemerintah China akan memberikan stimulus ekonomi untuk beberapa sektor industri.

 

Bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan akhir September 2024 (30/09) ditutup positif. Indeks Dow Jones naik 0,04% ke level 42.330,15, indeks Nasdaq menguat 0,38% ke posisi 18.189,17 dan S&P 500 naik 0,42% kelevel 5.742,48. Bursa saham Amerika selama bulan September mencatatkan kinerja yang positif, Dow Jones menguat 1,9%, indeks Nasdaq naik 2,7% dan indeks S&P menguat 2%. Meskipun investor secara umum optimistis menjelang akhir tahun, bulan Oktober memiliki sejarah yang meresahkan bagi pasar saham AS. Bukan tanpa alasan, Oktober dikenal sebagai masa volatilitas ekstrem, dengan beberapa penurunan Wall Street yang paling menonjol terjadi selama bulan Oktober.

 

Akhir bulan September Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing keluar (capital outflow) di pasar keuangan dalam negeri sebesar Rp 9,73 triliun dalam periode 23 – 26 September 2024. Aliran modal asing keluar melalui instrument Saham sebesar Rp 2,88 triliun, instrumen SRBI sebesar Rp 5,5 triliun, dan melalui instrument SBN sebesar Rp 1,3 triliun. Secara kumulatif dari 1 Januari hingga 26 September 2024, investor asing tercatat beli neto sebesar Rp 31,07 triliun di pasar SBN, beli neto Rp 57,13 triliun di pasar saham dan beli neto Rp 193,60 triliun di SRBI.

 

Nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar pada perdagangan awal Oktober (01/10) 2024 berada dilevel Rp 15.206, melemah 0,44%. Pelemahan Rupiah disebabkan oleh peningkatan arus modal investor asing yang keluar dari pasar keuangan domestik, selain itu pelaku pasar masih menunggu pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell terkait petunjuk percepatan pelonggaran moneter yang akan disampaikan pada pekan ini.

 

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi tahunan pada September 2024 yang tercatat sebesar 1,84% (YoY), lebih rendah dari inflasi tahunan di bulan Agustus 2024 yang mencapai 2,12%. Pada bulan September tercatat terjadi deflasi sebesar 0,12%, sementara di bulan sebelumnya Agustus juga tercatat deflasi sebesar 0,03%. Deflasi ini telah terjadi selama 5 bulan berturut-turut. Inflasi tahunan terbesar terjadi pada kelompok makanan minuman dan tembakau yaitu sebesar 2,57% dan memberikan andil sebesar 0,73% terhadap inflasi umum. Komoditas yang memberikan andil inflasi kelompok ini antara lain beras dan sigaret kretek mesin yang masing-masing memberikan andil 0,23% dan 0,13%.

 

Harga minyak dunia diperdagangan awal Oktober 2024 (01/10) dibuka menguat. Minyak jenis WTI menguat 0,28% ke posisi US$ 68,35 per barel sementara harga minyak jenis brent naik 0,17% ke posisi US$ 71,89 per barel. Harga minyak dunia mengalami tekanan karena pertumbuhan permintaan yang lebih lemah dari perkiraan tahun ini terutama di China, importir minyak mentah terbesar di dunia. Kekhawatiran tentang permintaan ini semakin diperkuat setelah data ekonomi China menunjukkan aktivitas manufaktur yang menyusut untuk bulan kelima pada September ini.

 

Bulan Oktober IHSG diprediksi bergerak konsolidasi dengan level support terdekat dilevel 7,275. Investor akan memperhatikan sentimen eksternal seperti konflik Timur Tengah (Iran vs Israel), data ekonomi China serta keberlanjutan kebijakan penurunan suku bunga oleh bank sentral Amerika The Fed.

Ulasan Pasar per 30 Agustus 2024

 

 

 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir Agustus 2024 ditutup menguat 0,57% dilevel 7.670,73. Salah satu faktor yang mendorong penguatan IHSG adalah laporan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang mencapai 3,0% (yoy) pada kuartal kedua, lebih tinggi dari estimasi sebelumnya sebesar 2,8%. Berita ini memberikan optimisme bahwa perekonomian global masih berada di jalur yang positif, sehingga memberikan dorongan kepercayaan diri bagi investor di pasar Indonesia. Selain itu, mulai berlakunya komposisi terbaru saham-saham yang berada di indeks MSCI Global Standar dan MSCI Small Cap pada 2 September mendatang membuat para fund manager pun mulai melakukan pemilihan saham terkait investasi berikutnya.

 

Bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan akhir Agustus 2024 (30/08) ditutup positif. Indeks Dow Jones naik 0,55% ke level 41.563,08, indeks Nasdaq menguat 1,13% ke posisi 17.713,63 dan S&P 500 naik 1,01% kelevel 5.648,40. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi, pengukur inflasi pilihan Federal Reserve, naik 0,2% per bulan pada bulan Juli dan 2,5 % dari tahun lalu. Hasil tersebut sejalan dengan perkiraan dari para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones. The Fed terus mencermati metrik ini, dan hal ini masih dapat mempengaruhi keputusan suku bunga pada September 2024.

 

Akhir bulan Agustus Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing masuk (capital inflow) di pasar keuangan dalam negeri sebesar Rp 6,21 triliun dalam periode 26 – 29 Agustus 2024. Aliran modal asing masuk melalui instrumen saham sebesar Rp 3,89 triliun dan instrumen SRBI sebesar Rp 1,56 triliun, sedangkan aliran modal asing keluar terjadi melalui instrumen SBN sebesar Rp 0,76 triliun. Secara kumulatif dari 1 Januari hingga 29 Agustus 2024, investor asing tercatat beli netto sebesar Rp 9,20 triliun di pasar SBN, beli netto Rp 12,79 triliun di pasar saham dan beli netto Rp 187,66 triliun di SRBI.

 

Nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar pada perdagangan awal September (02/09) 2024 di pasar spot berada dilevel Rp 15.550, melemah 0,65%. Indeks dolar AS (DXY) terpantau mengalami kenaikan yang cukup signifikan dalam tiga hari terakhir tepatnya pada 27-29 Agustus 2024 yakni dari 100,55 menjadi 101,7 atau naik 1,14%. DXY mengalami apresiasi di tengah ekonomi AS yang sedikit menguat. PDB AS tumbuh di angka 3% QoQ naik dari kuartal sebelumnya di angka 1,4% QoQ. Pertumbuhan PDB AS ini jauh dari ekspektasi pasar, ditambah dengan isu krisis yang sedang mencuat.

 

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi tahunan pada Agustus 2024 yang tercatat sebesar 2,12% (YoY), lebih rendah dari inflasi tahunan di bulan Juli 2024 yang mencapai 2,13%. Pada bulan Agustus tercatat terjadi deflasi sebesar 0,03%, sementara di bulan sebelumnya Juli juga tercatat deflasi sebesar 0,18%. Deflasi ini telah terjadi selama 4 bulan berturut-turut. Makanan minuman dan tembakau menjadi kelompok pengeluaran penyumbang deflasi bulanan terbesar, yakni sebesar 0,52% dan dengan andil 0,15%.

 

Harga minyak dunia diperdagangan awal September 2024 (02/09) dibuka negatif. Minyak jenis WTI melemah 0,03% ke posisi US$ 73,53 per barel sementara harga minyak jenis brent melemah 2,35% ke posisi US$ 76,95 per barel. Harga minyak dunia mengalami pelemahan menyusul adanya ekspektasi kenaikan pasokan OPEC+ mulai bulan Oktober, bersamaan dengan berkurangnya harapan pemangkasan suku bunga AS yang besar bulan depan menyusul data  belanja konsumen AS yang masih kuat.

 

Bulan September IHSG diprediksi melanjutkan penguatan dengan level resistant  terdekat dilevel 7,726. Ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (The Fed) bulan September ini membuat Capital Inflow investor asing akan terus meningkat masuk ke pasar keuangan Indonesia.