Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir September 2024 ditutup anjlok 2,2% dilevel 7.527,93. Kinerja IHSG bulan September tercatat melemah sebesar 1,9%. Sebelumnya, IHSG sempat mencatat rekor tertinggi sepanjang masa (all time high) di level 7.905 (19/9). Pelemahan indeks dipicu investor asing yang terus melakukan penjualan saham-saham Indonesia setelah adanya kabar bahwa pemerintah China akan memberikan stimulus ekonomi untuk beberapa sektor industri.
Bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan akhir September 2024 (30/09) ditutup positif. Indeks Dow Jones naik 0,04% ke level 42.330,15, indeks Nasdaq menguat 0,38% ke posisi 18.189,17 dan S&P 500 naik 0,42% kelevel 5.742,48. Bursa saham Amerika selama bulan September mencatatkan kinerja yang positif, Dow Jones menguat 1,9%, indeks Nasdaq naik 2,7% dan indeks S&P menguat 2%. Meskipun investor secara umum optimistis menjelang akhir tahun, bulan Oktober memiliki sejarah yang meresahkan bagi pasar saham AS. Bukan tanpa alasan, Oktober dikenal sebagai masa volatilitas ekstrem, dengan beberapa penurunan Wall Street yang paling menonjol terjadi selama bulan Oktober.
Akhir bulan September Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing keluar (capital outflow) di pasar keuangan dalam negeri sebesar Rp 9,73 triliun dalam periode 23 – 26 September 2024. Aliran modal asing keluar melalui instrument Saham sebesar Rp 2,88 triliun, instrumen SRBI sebesar Rp 5,5 triliun, dan melalui instrument SBN sebesar Rp 1,3 triliun. Secara kumulatif dari 1 Januari hingga 26 September 2024, investor asing tercatat beli neto sebesar Rp 31,07 triliun di pasar SBN, beli neto Rp 57,13 triliun di pasar saham dan beli neto Rp 193,60 triliun di SRBI.
Nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar pada perdagangan awal Oktober (01/10) 2024 berada dilevel Rp 15.206, melemah 0,44%. Pelemahan Rupiah disebabkan oleh peningkatan arus modal investor asing yang keluar dari pasar keuangan domestik, selain itu pelaku pasar masih menunggu pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell terkait petunjuk percepatan pelonggaran moneter yang akan disampaikan pada pekan ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi tahunan pada September 2024 yang tercatat sebesar 1,84% (YoY), lebih rendah dari inflasi tahunan di bulan Agustus 2024 yang mencapai 2,12%. Pada bulan September tercatat terjadi deflasi sebesar 0,12%, sementara di bulan sebelumnya Agustus juga tercatat deflasi sebesar 0,03%. Deflasi ini telah terjadi selama 5 bulan berturut-turut. Inflasi tahunan terbesar terjadi pada kelompok makanan minuman dan tembakau yaitu sebesar 2,57% dan memberikan andil sebesar 0,73% terhadap inflasi umum. Komoditas yang memberikan andil inflasi kelompok ini antara lain beras dan sigaret kretek mesin yang masing-masing memberikan andil 0,23% dan 0,13%.
Harga minyak dunia diperdagangan awal Oktober 2024 (01/10) dibuka menguat. Minyak jenis WTI menguat 0,28% ke posisi US$ 68,35 per barel sementara harga minyak jenis brent naik 0,17% ke posisi US$ 71,89 per barel. Harga minyak dunia mengalami tekanan karena pertumbuhan permintaan yang lebih lemah dari perkiraan tahun ini terutama di China, importir minyak mentah terbesar di dunia. Kekhawatiran tentang permintaan ini semakin diperkuat setelah data ekonomi China menunjukkan aktivitas manufaktur yang menyusut untuk bulan kelima pada September ini.
Bulan Oktober IHSG diprediksi bergerak konsolidasi dengan level support terdekat dilevel 7,275. Investor akan memperhatikan sentimen eksternal seperti konflik Timur Tengah (Iran vs Israel), data ekonomi China serta keberlanjutan kebijakan penurunan suku bunga oleh bank sentral Amerika The Fed.
Recent Comments