Ulasan Pasar per 31 Agustus 2022

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)  pada perdagangan 31 Agustus 2022 ditutup menguat 0,27% atau 19,12 poin ke level 7.178,59. Total volume perdagangan saham di BEI mencapai 31,55 juta dengan nilai transaksi Rp 18,81 triliun. Di tengah kenaikan IHSG investor asing mencatat jual bersih atau net sell sebesar Rp 42,37 miliar di seluruh pasar.

Sedangkan Bursa saham Wallstreet ditutup melemah pada Rabu, 31 Agustus 2022 waktu setempat, kekhawatiran pelaku pasar masih terfokus rencana kenaikkan suku bunga AS yang diperkirakan akan kembali naik 75bps pada pertemuan September mendatang. Sementara itu rilis data pekerjaan ADP Nonfarm Employment AS kembali turun ke level 132000 dari sebelumnya 268000. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJI) (-0.88%), S&P 500 (-0.78%) dan Nasdaq (-0.56%).

Harga minyak mentah melemah pada perdagangan Rabu, 31 Agustus 2022. Kekhawatiran kenaikkan suku bunga AS dan Eropa serta perlambatan ekonomi dunia menjadi sentimen penekan harga. Harga minyak WTI USD 89.22/barrel

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada bulan Agustus 2022 terjadi deflasi sebesar 0,21 % dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 111,57. Sementara itu tingkat inflasi tahun kalender / year –to-date (Januari–Agustus2022) tercatat sebesar 3,63% dan tingkat inflasi tahun ke tahun/ year-on-year (Agustus 2021- Agustus 2022) sebesar 4,69 %. Komponen inti pada Agustus 2022 mengalami inflasi sebesar 0,38%. Tingkat inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Agustus2022) sebesar 2,50% dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Agustus 2021-Agustus 2022) sebesar 3,04%

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 22-23 Agustus 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 3,75%, suku bunga Deposit Facility  sebesar 25 bps menjadi 3,00%, dan suku bunga Lending Facility  sebesar 25 bps menjadi 4,50%. Untuk kali pertama sejak November 2018 atau 45 bulan, Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan. Keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi risiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi dan inflasi volatile food, serta memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah pertumbuhan ekonomi domestik yang semakin kuat.

Kinerja ekspor Indonesia sangat menguntungkan. Surplus neraca dagang telah tejadi 27 bulan berturut. Namun, yang perlu mendapat catatan di beberapa bulan terakhir ini surplusnya sudah mulai berkurang. Berdasarkan catatan BPS, neraca dagang Indonesia mencatat surplus sebesar USD4,23 miliar pada Juli 2022 sebelumnya tercatat surplus USD5,15 miliar pada Juni 2022. Namun, harga komoditas unggulan di tingkat global mulai mengalami penurunan. (Bisnis Indonesia)

Krisis energi global membuka peluang bagi kebangkitan tenaga nuklir di Asia. Seperti Jepang dan Korsel menghapus kebijakan anti nuklirnya. Sementara India dan China mencari cara untuk membangun lebih banyak reaktor untuk menghindari kekurangan pasokan energi ke depan, di Korea Selatan. Para pemilih tahun ini memilih presiden pro-nuklir yang menginginkan energi atom menyumbang 30% dari total pembangkit energi. China, yang saat ini bergulat dengan gelombang panas, pada minggu ini mengatakan akan mempercepat proyek pembangkit listrik tenaga nuklir dan air. China saat ini memiliki kapasitas tenaga nuklir senilai hampir 24 gigawatt yang sedang dibangun, dan 34 gigawatt lainnya direncanakan.

Bahkan negara-negara berkembang di Asia Tenggara sedang menjajaki teknologi atom. Penggunaan energi nuklir muncul setelah harga gas alam dan batubara mencapai rekornya usai invasi Rusia ke Ukraina. Sedangkan, Rusia sebagai pengekspor bahan bakar utama Eropa ikut memperketat pasokan energinya. Inilah yang membuat tenaga nuklir yang dinilai lebih bersih dan andal sangat menarik bagi pembuat kebijakan dan utilitas yang ingin mengendalikan inflasi. Selain itu, tenaga nuklir bisa mencapai tujuan ESG serta dan mengekang ketergantungan pada pemasok energi luar negeri.