Ulasan Pasar per 30 Agustus 2024

 

 

 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir Agustus 2024 ditutup menguat 0,57% dilevel 7.670,73. Salah satu faktor yang mendorong penguatan IHSG adalah laporan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang mencapai 3,0% (yoy) pada kuartal kedua, lebih tinggi dari estimasi sebelumnya sebesar 2,8%. Berita ini memberikan optimisme bahwa perekonomian global masih berada di jalur yang positif, sehingga memberikan dorongan kepercayaan diri bagi investor di pasar Indonesia. Selain itu, mulai berlakunya komposisi terbaru saham-saham yang berada di indeks MSCI Global Standar dan MSCI Small Cap pada 2 September mendatang membuat para fund manager pun mulai melakukan pemilihan saham terkait investasi berikutnya.

 

Bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan akhir Agustus 2024 (30/08) ditutup positif. Indeks Dow Jones naik 0,55% ke level 41.563,08, indeks Nasdaq menguat 1,13% ke posisi 17.713,63 dan S&P 500 naik 1,01% kelevel 5.648,40. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi, pengukur inflasi pilihan Federal Reserve, naik 0,2% per bulan pada bulan Juli dan 2,5 % dari tahun lalu. Hasil tersebut sejalan dengan perkiraan dari para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones. The Fed terus mencermati metrik ini, dan hal ini masih dapat mempengaruhi keputusan suku bunga pada September 2024.

 

Akhir bulan Agustus Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing masuk (capital inflow) di pasar keuangan dalam negeri sebesar Rp 6,21 triliun dalam periode 26 – 29 Agustus 2024. Aliran modal asing masuk melalui instrumen saham sebesar Rp 3,89 triliun dan instrumen SRBI sebesar Rp 1,56 triliun, sedangkan aliran modal asing keluar terjadi melalui instrumen SBN sebesar Rp 0,76 triliun. Secara kumulatif dari 1 Januari hingga 29 Agustus 2024, investor asing tercatat beli netto sebesar Rp 9,20 triliun di pasar SBN, beli netto Rp 12,79 triliun di pasar saham dan beli netto Rp 187,66 triliun di SRBI.

 

Nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar pada perdagangan awal September (02/09) 2024 di pasar spot berada dilevel Rp 15.550, melemah 0,65%. Indeks dolar AS (DXY) terpantau mengalami kenaikan yang cukup signifikan dalam tiga hari terakhir tepatnya pada 27-29 Agustus 2024 yakni dari 100,55 menjadi 101,7 atau naik 1,14%. DXY mengalami apresiasi di tengah ekonomi AS yang sedikit menguat. PDB AS tumbuh di angka 3% QoQ naik dari kuartal sebelumnya di angka 1,4% QoQ. Pertumbuhan PDB AS ini jauh dari ekspektasi pasar, ditambah dengan isu krisis yang sedang mencuat.

 

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi tahunan pada Agustus 2024 yang tercatat sebesar 2,12% (YoY), lebih rendah dari inflasi tahunan di bulan Juli 2024 yang mencapai 2,13%. Pada bulan Agustus tercatat terjadi deflasi sebesar 0,03%, sementara di bulan sebelumnya Juli juga tercatat deflasi sebesar 0,18%. Deflasi ini telah terjadi selama 4 bulan berturut-turut. Makanan minuman dan tembakau menjadi kelompok pengeluaran penyumbang deflasi bulanan terbesar, yakni sebesar 0,52% dan dengan andil 0,15%.

 

Harga minyak dunia diperdagangan awal September 2024 (02/09) dibuka negatif. Minyak jenis WTI melemah 0,03% ke posisi US$ 73,53 per barel sementara harga minyak jenis brent melemah 2,35% ke posisi US$ 76,95 per barel. Harga minyak dunia mengalami pelemahan menyusul adanya ekspektasi kenaikan pasokan OPEC+ mulai bulan Oktober, bersamaan dengan berkurangnya harapan pemangkasan suku bunga AS yang besar bulan depan menyusul data  belanja konsumen AS yang masih kuat.

 

Bulan September IHSG diprediksi melanjutkan penguatan dengan level resistant  terdekat dilevel 7,726. Ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (The Fed) bulan September ini membuat Capital Inflow investor asing akan terus meningkat masuk ke pasar keuangan Indonesia.

Ulasan Pasar per 31 Juli 2024

 

 

 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir Juli 2024 ditutup menguat 0,19% dilevel 7.255,76. Sektor industri menjadi penopang penguatan IHSG yakni mencapai 1,57%. Pelaku pasar optimis bahwa pemangkasan suku bunga The Fed dapat dimulai pada pertemuan September. Berdasarkan perangkat CME FedWatch, sebanyak 89,6% pelaku pasar yakin The Fed akan mulai memangkas suku bunga acuannya pada September mendatang.

 

Bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan akhir Juli 2024 (31/07) ditutup positif. Indeks Dow Jones naik 0,24% ke level 40.482,79, indeks Nasdaq menguat 2,64% ke posisi 17.599,40 dan S&P 500 naik 1,58% kelevel 5.522,30. Imbal hasil obligasi AS turun setelah pimpinan Federal Reserve Jerome Powell mengindikasikan bahwa bank sentral AS akan memangkas suku bunga pada September mendatang. Penurunan imbal hasil obligasi AS mendongkrak saham-saham perusahaan teknologi.

 

Akhir bulan Juli Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing masuk (capital inflow) di pasar keuangan dalam negeri sebesar Rp 1,93 triliun dalam periode 22 – 25 Juli 2024. Aliran modal asing masuk melalui instrument SBN sebesar Rp 3,37 triliun sedangkan aliran modal asing keluar melalui instrument SRBI sebesar Rp 1,39 triliun, dan melalui pasar saham sebesar Rp 0,05 triliun. Secara kumulatif dari 1 Januari hingga 25 Juli 2024, investor asing tercatat jual neto sebesar Rp 32,08 triliun di pasar SBN, jual neto Rp 1,89 triliun di pasar saham dan beli neto Rp 169,41 triliun di SRBI.

 

Nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar pada perdagangan awal Agustus (02/08) 2024 di pasar spot berada dilevel Rp 16.235, melemah tipis 0,03%. Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pasca bank sentral AS (The Fed) membuka peluang untuk memangkas suku bunga acuannya dalam waktu dekat. The Fed pada rapat bulan ini lebih memberi sinyal jelas soal pemangkasan suku bunga mulai September mendatang. Dalam pernyataannya, The Fed menjelaskan jika inflasi kini sudah mengarah kepada target sasaran mereka di kisaran 2%.

 

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi tahunan pada Juli 2024 yang tercatat sebesar 2,13% (YoY), lebih rendah dari inflasi tahunan di bulan Juni 2024 yang mencapai 2,51%. Pada bulan Juli tercatat terjadi deflasi sebesar 0,18%, sementara di bulan sebelumnya Juni juga tercatat deflasi sebesar 0,08%. Deflasi ini telah terjadi selama 3 bulan berturut-turut. Penyumbang deflasi adalah turunnya harga-harga volatile food, di antaranya bawang merah, cabai merah, tomat dan daging ayam.

 

Harga minyak dunia diperdagangan awal Agustus 2024 (01/08) dibuka negatif. Minyak jenis WTI melemah 2,1% ke posisi US$ 76,31 per barel sementara harga minyak jenis brent melemah 1,6% ke posisi US$ 79,52 per barel. Harga minyak dunia sempat melonjak dipicu kekhawatiran terganggunya pasokan setelah pimpinan kelompok militer Hamas Ismail Haniyeh terbunuh di Teheran, tak berapa lama setelah seorang komandan senior Hezbollah terbunuh di Beirut. Terganggunya pasokan minyak tidak menjadi kenyataan sehingga harga minyak dunia mengalami penurunan.

 

Bulan Agustus IHSG diprediksi masih akan bergerak fluktuatif dengan support kuat dilevel 7,124. Walaupun The Fed diprediksi akan menurunkan suku bunganya di bulan September, gejolak di pasar keuangan diperkirakan masih belum akan berhenti menyusul kekhawatiran ancaman resesi ekonomi Amerika serta meningkatnya potensi perang antara Iran dan Israel.

Ulasan Pasar per 28 Juni 2024

 

 

 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir Juni 2024 ditutup menguat 1,37% dilevel 7.063,58. Pada pekan terakhir Juni, investor asing tercatat melakukan beli bersih senilai Rp 499,99 miliar. Investor akan menunggu hasil rilis data dari dalam negeri yakni PMI manufaktur dan inflasi Indonesia. Sementara itu dari AS, investor akan menantikan rilis data pasar tenaga kerja AS serta pidato kepala The Fed, Jerome Powell.

 

Bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan akhir Juni 2024 (28/06) ditutup negatif. Indeks Dow Jones turun -0,11% ke level 39.122,94, sedangkan indeks Nasdaq melemah -0,71% ke posisi 17.732,60 dan S&P 500 turun -0,41% kelevel 5.460,30. Para trader mempertahankan perkiraan terjadinya dua kali pemangkasan suku bunga The Fed tahun ini, meski bank sentral AS tersebut menyatakan hanya akan melakukannya satu kali. Selain data inflasi, debat presidensial pertama antara petahana Presiden AS Joe Biden dan rivalnya Donald Trump pada Kamis (27/6/2024) juga membebani pasar saham Negeri Paman Sam.

 

Akhir bulan Juni Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing masuk atau capital inflow Indonesia senilai Rp 19,69 triliun. Berdasarkan data transaksi yang dihimpun BI periode 24 hingga 27 Juni 2024, nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat melakukan beli neto senilai Rp 19,69 triliun. Aliran modal asing masuk melalui Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 8,3 triliun, instrumen sekuritas rupiah BI  (SRBI) sebesar Rp 9,16 triliun dan di pasar saham tercatat sebesar Rp 2,23 triliun. Berdasarkan data setelmen sampai dengan 27 Juni 2024, nonresiden (investor asing) jual neto Rp 36,46 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp 123,21 triliun di SRBI kemudian jual neto Rp 9,78 triliun di pasar saham.

 

Nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar pada perdagangan awal Juli (01/07) 2024 di pasar spot berada dilevel Rp 16.345, menguat tipis 0,15%. Data ekonomi AS masih menjadi perhatian pelaku pasar. Investor fokus terhadap rilis data pasar tenaga kerja terkait jumlah lapangan pekerjaan AS yang tersedia dan jumlah pekerja yang mengundurkan diri sukarela, serta pidato kepala The Fed, Jerome Powell. Sejauh ini, kondisi pasar tenaga kerja AS masih cukup ketat, sementara inflasi meskipun melandai tetap belum sesuai dengan target bank sentral AS.

 

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi tahunan pada Juni 2024 tercatat 2,51% (YoY), lebih rendah dari inflasi tahunan di bulan Mei 2024 yang mencapai 2,84%. Pada bulan Juni tercatat terjadi deflasi sebesar 0,08%, sementara di bulan sebelumnya Mei tercatat deflasi sebesar 0,03%. Kelompok penyumbang deflasi, adalah makanan, minuman dan tembakau dengan andil 0,14%. Pada kelompok ini terdapat komoditas bawang merah, tomat dan daging ayam ras. Sementara komoditas cabai rawit, cabai merah dan emas perhiasan harganya justru naik atau penyumbang inflasi.

 

Harga minyak dunia diperdagangan awal Juli 2024 (01/07) dibuka bervariasi. Minyak jenis WTI naik 0,43% ke posisi US$ 81,89 per barel sementara harga minyak jenis brent melemah 1,24% ke posisi US$ 85,35 per barel. Harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) naik tipis didukung oleh perkiraan defisit pasokan yang berasal dari puncak konsumsi bahan bakar saat musim panas dan pemotongan OPEC+ pada kuartal ketiga.

Bulan Juli IHSG diprediksi akan bergerak fluktuatif dengan level resistant terdekat di 7,237. Faktor eksternal seperti data ekonomi Amerika serta kebijakan suku bunga The Fed masih akan menjadi faktor penentu penguatan IHSG selanjutnya.