Ulasan Pasar per 28 Juni 2024

 

 

 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir Juni 2024 ditutup menguat 1,37% dilevel 7.063,58. Pada pekan terakhir Juni, investor asing tercatat melakukan beli bersih senilai Rp 499,99 miliar. Investor akan menunggu hasil rilis data dari dalam negeri yakni PMI manufaktur dan inflasi Indonesia. Sementara itu dari AS, investor akan menantikan rilis data pasar tenaga kerja AS serta pidato kepala The Fed, Jerome Powell.

 

Bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan akhir Juni 2024 (28/06) ditutup negatif. Indeks Dow Jones turun -0,11% ke level 39.122,94, sedangkan indeks Nasdaq melemah -0,71% ke posisi 17.732,60 dan S&P 500 turun -0,41% kelevel 5.460,30. Para trader mempertahankan perkiraan terjadinya dua kali pemangkasan suku bunga The Fed tahun ini, meski bank sentral AS tersebut menyatakan hanya akan melakukannya satu kali. Selain data inflasi, debat presidensial pertama antara petahana Presiden AS Joe Biden dan rivalnya Donald Trump pada Kamis (27/6/2024) juga membebani pasar saham Negeri Paman Sam.

 

Akhir bulan Juni Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing masuk atau capital inflow Indonesia senilai Rp 19,69 triliun. Berdasarkan data transaksi yang dihimpun BI periode 24 hingga 27 Juni 2024, nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat melakukan beli neto senilai Rp 19,69 triliun. Aliran modal asing masuk melalui Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 8,3 triliun, instrumen sekuritas rupiah BI  (SRBI) sebesar Rp 9,16 triliun dan di pasar saham tercatat sebesar Rp 2,23 triliun. Berdasarkan data setelmen sampai dengan 27 Juni 2024, nonresiden (investor asing) jual neto Rp 36,46 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp 123,21 triliun di SRBI kemudian jual neto Rp 9,78 triliun di pasar saham.

 

Nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar pada perdagangan awal Juli (01/07) 2024 di pasar spot berada dilevel Rp 16.345, menguat tipis 0,15%. Data ekonomi AS masih menjadi perhatian pelaku pasar. Investor fokus terhadap rilis data pasar tenaga kerja terkait jumlah lapangan pekerjaan AS yang tersedia dan jumlah pekerja yang mengundurkan diri sukarela, serta pidato kepala The Fed, Jerome Powell. Sejauh ini, kondisi pasar tenaga kerja AS masih cukup ketat, sementara inflasi meskipun melandai tetap belum sesuai dengan target bank sentral AS.

 

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi tahunan pada Juni 2024 tercatat 2,51% (YoY), lebih rendah dari inflasi tahunan di bulan Mei 2024 yang mencapai 2,84%. Pada bulan Juni tercatat terjadi deflasi sebesar 0,08%, sementara di bulan sebelumnya Mei tercatat deflasi sebesar 0,03%. Kelompok penyumbang deflasi, adalah makanan, minuman dan tembakau dengan andil 0,14%. Pada kelompok ini terdapat komoditas bawang merah, tomat dan daging ayam ras. Sementara komoditas cabai rawit, cabai merah dan emas perhiasan harganya justru naik atau penyumbang inflasi.

 

Harga minyak dunia diperdagangan awal Juli 2024 (01/07) dibuka bervariasi. Minyak jenis WTI naik 0,43% ke posisi US$ 81,89 per barel sementara harga minyak jenis brent melemah 1,24% ke posisi US$ 85,35 per barel. Harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) naik tipis didukung oleh perkiraan defisit pasokan yang berasal dari puncak konsumsi bahan bakar saat musim panas dan pemotongan OPEC+ pada kuartal ketiga.

Bulan Juli IHSG diprediksi akan bergerak fluktuatif dengan level resistant terdekat di 7,237. Faktor eksternal seperti data ekonomi Amerika serta kebijakan suku bunga The Fed masih akan menjadi faktor penentu penguatan IHSG selanjutnya.

Ulasan Pasar per 31 Mei 2024

 

 

 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir Mei 2024 ditutup melemah 0,90% dilevel 6.970,74. Selama bulan Mei IHSG mengalami pelemahan sebesar 3,64%. Pekan terakhir bulan Mei, investor asing mencatatkan net sell hingga Rp 5,16 triliun di pasar reguler. Sepanjang Mei 2024, Investor asing telah melepas saham-saham RI hingga mencapai Rp 14,87 triliun dan sepanjang tahun ini sudah net sell hingga Rp 13,39 triliun.

 

Bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan akhir Mei 2024 (31/05) ditutup bervariasi. Indeks Dow Jones naik 1,51% ke level 38.686,32, sedangkan indeks Nasdaq melemah -0,01% ke posisi 16.735,02 dan S&P 500 naik 0,80% kelevel 5.277,51. Selama bulan Mei, bursa saham AS mempunyai kinerja yang positif, indeks S&P 500 menguat sebesar 4,8% dalam sebulan, Dow Jones naik 2,4%, sedangkan Nasdaq melonjak 6,9%.

 

Akhir bulan Mei Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing masuk atau capital inflow Indonesia senilai Rp 4,75 triliun. Berdasarkan data transaksi yang dihimpun BI periode 27 hingga 30 Mei 2024, nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat melakukan beli neto senilai Rp 4,75 triliun. Aliran modal asing masuk melalui Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 3,31 triliun dan instrumen sekuritas rupiah BI  (SRBI) sebesar Rp 6,19 triliun. Sementara itu, di pasar saham mencatatkan aliran modal asing keluar, dengan nilai sebesar Rp 4,75 triliun. Berdasarkan data setelmen sampai dengan 30 Mei 2024, nonresiden (investor asing) jual neto Rp 34,72 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp 86,07 triliun di SRBI kemudian jual neto Rp 4,26 triliun di pasar saham.

 

Nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar pada perdagangan awal Juni (03/06) 2024 di pasar spot berada dilevel Rp 16.240, menguat tipis 0,03%. Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat  jelang rilis data inflasi Indonesia bulan Mei. Inflasi secara tahunan diperkirakan akan melandai menjadi 2,94% (yoy) pada Mei 2024 dan inflasi inti diproyeksi diperkirakan ada di angka 1,85% yoy. Sebagai catatan, inflasi April teratat 3,0 % (yoy) dan 0,25% (mtm). Driver utama melandainya inflasi Mei 2024 yakni karena hilangnya momentum lebaran dan normalisasi permintaan.

 

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi tahunan pada Mei 2024 tercatat 2,84% (YoY), lebih rendah dari inflasi tahunan di bulan April 2024 yang mencapai 3%. Pada bulan Mei tercatat terjadi deflasi sebesar 0,03%, sementara di bulan sebelumnya April tercatat terjadi inflasi sebesar 0,25%. Kelompok pengeluaran penyumbang deflasi terbesar adalah makanan, minuman, dan tembakau dengan deflasi sebesar 0,29% dan memberikan andil deflasi sebesar 0,08%. Adapun komoditas penyumbang utama deflasi adalah beras dengan andil deflasi sebesar 0,15%, daging ayam ras dan ikan segar dengan andil deflasi masing-masing sebesar 0,03%, serta tomat dan cabai rawit dengan andil deflasi masing-masing 0,02%.

 

Harga minyak dunia diperdagangan awal Juni 2024 (03/06) dibuka menguat. Minyak jenis WTI naik 0,64% ke posisi US$ 77,48 per barel sementara harga minyak jenis brent menguat 0,02% ke posisi US$ 81,64 per barel. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) memutuskan untuk memperpanjang pengurangan produksi saat ini pada pertemuan yang diadakan pada hari Minggu. OPEC+ yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia, akan mempertahankan produksi sekitar 5,8 juta barel per hari secara offline hingga setidaknya awal tahun 2025.

 

Bulan Juni IHSG diprediksi akan mengalami teknikal rebound dengan level support kuat di 7,084. Pelaku pasar masih akan mencermati data-data ekonomi AS yang menjadi pertimbangan utama The Fed untuk memutuskan kebijakan suku bunga acuannya.

Ulasan Pasar per 30 April 2024

 

 

 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan awal Mei 2024 ditutup melemah 1,61% dilevel 7.117,42. Indeks melemah dipicu sentimen The Fed kembali menahan suku bunga acuannya dan memberikan sinyal belum akan memangkas dalam waktu dekat. Tercatat investor asing melakukan aksi jual bersih atau net foreign sell senilai Rp 2,6 triliun di seluruh pasar.

 

Bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan akhir April 2024 (30/04) ditutup negatif. Indeks Dow Jones turun 1,49% ke level 37.815,92, sedangkan indeks Nasdaq turun 2,04% ke posisi 15.657,82 dan S&P 500 melemah 1,57% kelevel 5.035,69. Selama bulan April, bursa saham AS mengalami koreksi yang cukup dalam, indeks S&P 500 melemah sebesar 4,2% dalam sebulan, Dow Jones turun 5%, sedangkan Nasdaq tercatat anjlok 4,4%.

 

Akhir bulan April Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing keluar atau capital outflow Indonesia senilai Rp 2,47 triliun. Berdasarkan data transaksi yang dihimpun BI periode 22 hingga 25 April 2024, nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat melakukan jual neto Rp 2,47 triliun. Aliran modal asing keluar di pasar saham senilai Rp 2,34 triliun dan Surat Berharga Negara senilai Rp 2,08 triliun. Sementara itu, instrumen sekuritas rupiah BI (SRBI) mencatatkan aliran modal asing masuk atau capital inflow, dengan nilai sebesar Rp 1,95 triliun. Berdasarkan data setelmen sampai dengan 25 April 2024, nonresiden (investor asing) jual neto Rp 47,26 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp 9,08 triliun di pasar saham kemudian beli neto Rp 9,68 triliun di SRBI.

 

Nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar pada perdagangan awal Mei (03/05) 2024 di pasar spot berada dilevel Rp 16.060, menguat 0,74%. Rupiah terapresiasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah bank sentral AS (The Fed) dinilai pasar tidak akan menaikkan suku bunga tahun ini. Salah satu pendorong penguatan rupiah yakni indeks dolar AS (DXY) yang mengalami penurunan. Penguatan rupiah juga dipicu angka inflasi Indonesia yang masih berada di bawah ekspektasi.

 

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi tahunan pada April 2024 tercatat 3,00% (YoY), lebih rendah dari inflasi tahunan di bulan Maret 2024 yang mencapai 3,05%. Inflasi bulanan per April tercatat sebesar 0,25%, sementara di bulan sebelumnya Maret tercatat sebesar 0,52%. Inflasi pada April 2024 ini didorong oleh inflasi kelompok pengeluaran adalah transportasi dengan inflasi sebesar 0,93% MoM dengan andil 0,12%. Komoditas yang memberikan andil inflasi adalah bawang merah dengan andil deflasi sebesar 0,14%, emas perhiasan dengan andil inflasi 0,08%, tomat 0,04%, serta bawang putih 0,02%.

 

Harga minyak dunia diperdagangan awal Mei 2024 (03/05) dibuka positif. Minyak jenis WTI naik 0,16% ke posisi US$ 79,08 per barel sementara harga minyak jenis brent menguat 0,13% ke posisi US$ 83,78 per barel. Harga minyak dunia menguat tipis seiring prospek pengurangan produksi Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC+) yang berkelanjutan. OPEC+ berencana memperpanjang pengurangan produksi minyak secara sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari setelah bulan Juni jika permintaan minyak gagal meningkat.

Bulan Mei IHSG diprediksi akan bergerak fluktuatif dengan level support kuat di 7,056. Tekanan jual dari investor asing diperkirakan akan mereda seiring dengan mulai stabilnya nilai tukar rupiah terhadap USD.