Ulasan Pasar per 29 Februari 2024

 

 

 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan akhir Februari 2024 ditutup melemah 0,17% dilevel 7.316,11. Nilai transaksi IHSG mencapai sekitar Rp 16 triliun, investor asing mencatatkan kembali penjualan bersih (net sell) mencapai Rp 640,29 miliar di seluruh pasar, dengan rincian sebesar Rp 638,77 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp 1,53 miliar di pasar tunai dan negosiasi.

Bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan akhir Februari 2024 (29/02) ditutup positif. Indeks Dow Jones naik 0,12% ke level 38.996,39, sedangkan indeks Nasdaq naik 0,90% ke posisi 16.091,92 dan S&P 500 menguat 0,52% kelevel 5.096,27. Selama Februari, indeks Nasdaq memimpin penguatan dengan kenaikan 6,12% dalam sebulan, S&P 500 naik 5,17%, sedangkan Dow Jones menguat 2,22%.

 

Akhir bulan Februari (26-29 Februari 2024) Bank Indonesia mencatat terjadi aliran modal asing yang keluar dari pasar keuangan Indonesia sebesar Rp 2 triliun. Nilai tersebut terdiri dari aliran modal asing masuk bersih di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) Rp1,46 triliun, sedangkan modal asing keluar bersih di pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan pasar saham masing-masing sebesar Rp0,82 triliun, dan Rp2,64 triliun. Sejak 1 Januari 2024 sampai dengan 29 Februari 2024, total modal asing masuk bersih di pasar saham mencapai Rp20,02 triliun dan di SRBI Rp25,51 triliun, sementara modal asing keluar bersih di pasar SBN mencapai Rp 4,93 triliun. 

Nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar akhir Februari 2024 di pasar spot ditutup dilevel Rp 15.710, melemah 0,19%. Pelemahan rupiah sejalan dengan penguatan indeks dolar AS (DXY) pada 29 Februari yang naik 0,15% ke angka 104,13 yang juga merupakan posisi tertinggi sejak 19 Februari 2024. Nilai tukar rupiah tertekan dipicu salah satunya oleh faktor defisit Transaksi Berjalan Indonesia  hingga mencapai US$1,3 miliar pada kuartal IV-2023 sementara secara keseluruhan tahun 2023 defisitnya mencapai US$1,6 Miliar atau 0,1% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi tahunan pada Februari 2024 tercatat 2,75% (YoY), lebih tinggi dari inflasi tahunan di bulan Januari 2024 yang mencapai 2,57%. Inflasi bulanan per Februari tercatat sebesar 0,37%, sementara di bulan sebelumnya Januari tercatat sebesar 0,04%. Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi terbesar adalah makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi 1% dan andil terhadap inflasi sebesar 0,29%. Komoditas utama penyumbang inflasi adalah beras dengan andil 0,21%.

 

Harga minyak dunia diperdagangan awal Maret 2024 (01/03) dibuka positif. Minyak jenis WTI naik 0,03% ke posisi US$ 78,28 per barel sementara harga minyak jenis brent menguat 0,07% ke posisi US$ 82,09 per barel. Laporan harga konsumen dan produsen pada awal bulan Februari 2024 mengisyaratkan inflasi yang tinggi dan pendekatan yang hati-hati dari para pengambil kebijakan The Fed, yang mendorong investor untuk memundurkan ekspektasi penurunan suku bunga ke bulan Juni 2024 dari bulan Maret 2024. Suku bunga yang tinggi telah membantu banyak negara besar di Barat dalam mengendalikan inflasi, sehingga berpotensi mengurangi pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.

Bulan Maret 2024 IHSG diprediksi akan bergerak positif dengan target resistant terdekat dilevel 7,370. IHSG berpeluang mengalami penguatan ditopang pengumuman dividen saham-sahm perbankan dan bluechips.