Ulasan Pasar per 31 Oktober 2022

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan terakhir bulan Oktober 2022 ditutup menguat 0,61% dilevel 7.098,89. Investor asing mencatatkan beli bersih (net buy) Rp 917 miliar di pasar reguler. Sepanjang bulan Oktober IHSG tercatat menguat 0,83%. Mayoritas Indeks regional diakhir perdagangan Oktober 2022  ditutup melemah. Indeks Dow Jones melemah 0,4% ke 32.732,95, kemudian S&P 500 0,8% ke 3.871,98 dan Nasdaq turun 1% ke 10.988,15. Sepanjang Oktober, indeks Dow Jones tercatat menguat tajam 14%, S&P 500 dan Nasdaq masing-masing menguat 8% dan 4%.

Dari pasar surat utang pemerintah, Bank Indonesia mencatat dana asing kembali masuk ke pasar SBN sebesar Rp 210 miliar selama periode 24-27 Oktober 2022. Investor asing kembali melakukan pembelian SBN karena melihat imbal hasil saat ini cukup menarik. Secara tahun kalender Bank Indonesia mencatat investor asing masih pada posisi outflow atau jual neto sebesar Rp 177,08 triliun di pasar SBN. Yield SBN tenor 15 tahun ditutup melemah 8,8 basis poin (bp) ke posisi 7,667%. Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) negara turun 6,4 bp menjadi 7,637%.

Kinerja nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika pada bulan Oktober melemah 2,4% di level Rp 15.595/US$. The Fed yang akan mengumumkan kebijakan moneter di awal November ini membuat Rupiah kesulitan menguat terhadap Dolar AS. Pelaku pasar menanti kepastian apakah Jerome Powell dan kolega masih akan terus agresif ke depannya atau tidak. Ada harapan, The Fed akan mulai mengendurkan laju kenaikan suku bunganya.

Untuk mengantisipasi pelemahan nilai tukar Rupiah serta kenaikan inflasi, Bank Indonesia pada tanggal 20 Oktober 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis points (bps) menjadi 4,75%. Ini adalah kenaikan ketiga dalam tiga bulan terakhir, sebelumnya BI telah menaikkan suku bunga sebesar 25 bps pada Agustus dan 50 bps pada September 2022. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menuturkan bahwa keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi (overshooting). Bank Indonesia bertekad memastikan inflasi inti ke depan kembali ke dalam sasaran 2%-4% lebih awal yaitu ke paruh pertama 2023.

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi Oktober 2022 Indonesia tercatat 5,71% secara tahunan, lebih rendah dibanding bulan sebelumnya di 5,95%. Untuk inflasi bulanan Oktober jauh lebih kecil dibandingkan yang tercatat pada September yakni – 0,11% (mtm). Penyumbang inflasi tertinggi masih dipicu oleh bensin, tarif angkutan dalam kota, solar dan tarif antara kota dan rumah tangga.

Untuk pergerakan bursa saham awal November ini para pelaku masih menantikan rilis keputusan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) terkait keputusan kenaikan suku bunga acuannya pada tanggal 3 November 2022. Sentimen positif terkendalinya inflasi dalam negeri akan memberikan sentimen positif penguatan IHSG pada bulan November ini.