Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah di akhir perdagangan di bulan Januari 2022. IHSG turun 0,22% atau 14,36 poin ke 6.631,15 pada akhir perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Namun selama bulan Januari 2022 IHSG berhasil membukukan kinerja positifnya, di mana kinerja IHSG pada Januari lebih baik dari Desember 2021. IHSG melesat 0,75% pada Januari 2022, di mana per 31 Januari, IHSG berada di level 6.631,15. Bahkan pada Januari, IHSG berhasil mencetak rekor terbarunya di level 6.726,37 yang tercipta pada 21 Januari 2022.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Pada Januari 2022 terjadi inflasi sebesar 0,56% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 108,26., tingkat inflasi tahun ke tahun (Januari 2022 terhadap Januari 2021) sebesar 2,18% yoy, atau lebih tinggi dari posisi akhir tahun 2021 yang sebesar 1,87% yoy. Ini merupakan angka tertinggi sejak Mei 2020, di mana pada saat itu terjadi inflasi sebesar 2,19% yoy. Tingkat inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) akhirnya kembali ke kisaran sasaran Bank Indonesia (BI) yang sebesar 3% plus minus 1%.
International Monetary Fund (IMF) memprediksi pertumbuhan PDB Indonesia justru diproyeksikan mampu tumbuh dari 3,3% di tahun 2021 menjadi 5,6% di tahun 2022. IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melampaui negara-negara maju, seperti Amerika Serikat dan Tiongkok. IMF memprediksi negara-negara adidaya seperti Amerika Serikat (AS) dan China akan mengalami perlambatan ekonomi, yang kemudian akan turut melemahkan pertumbuhan ekonomi global dari level 5,9% di tahun 2021 menjadi 4,4% di tahun 2022. Dalam World Economic Outlook Update, IMF tidak menjelaskan secara spesifik faktor-faktor apa saja yang berpeluang menggenjot pertumbuhan ekonomi Indonesia. IMF hanya memberi catatan bahwa selama setahun ke depan negara-negara perlu mewaspadai gangguan ekonomi akibat penyebaran Covid-19 varian Omicron, gangguan rantai pasokan, volatilitas harga energi, inflasi, ketegangan geopolitik, serta ancaman bencana alam terkait perubahan iklim.
Pemerintah berhasil menerbitkan SBSN untuk pembiayaan anggaran pada Selasa 25 Januari 2022. Total dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp11 triliun dengan nilai penawaran masuk sebesar Rp38,29 triliun. Meskipun sukses dalam penerbitan SBSN, nilai penawaran yang masuk lebih rendah dari lelang sebelumnya sebesar Rp55,35 triliun pada 11 Januari 2022. Lebih lanjut, permintaan investor untuk aset pendapatan tetap dengan periode jatuh tempo yang lebih pendek tercermin dari nilai penawaran masuk ke SPNS12072022 yang berjumlah Rp12,83 triliun. Terlihat, nilai penawaran masuk yang lebih rendah dan permintaan yang lebih tinggi untuk SBSN dengan tenor pendek didorong oleh faktor eksternal terutama peningkatan risiko kenaikan suku bunga.
Recent Comments