Ulasan Pasar per 30 Juni 2021

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,61% ke level 5.985,49 pada perdagangan 30 Juni 2021. Data RTI Infokom menunjukkan investor melakukan transaksi sebesar Rp12,67 triliun dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 25,89 miliar saham. Pelaku pasar asing mencatatkan jual bersih atau net sell di seluruh pasar sebesar Rp472,32 miliar

Pada Juni 2021 terjadi deflasi sebesar 0,16% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,46. Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Juni) 2021 sebesar 0,74% dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Juni 2021 terhadap Juni 2020) sebesar 1,33%. Komponen inti pada Juni 2021 mengalami inflasi sebesar 0,14%. Tingkat inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Juni) 2021 sebesar 0,76% dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Juni 2021 terhadap Juni 2020) sebesar 1,49%.

Purchasing Managers Index (PMI)  Manufaktur IHS Markit Indonesia turun menjadi 53,5 pada Juni 2021 dari rekor puncak 55,3 pada Mei, di tengah peningkatan baru kasus COVID-19 lokal. PMI Manufaktur Indonesia Bulan Juni 2021 masih berada di zona ekspansif pada angka 53,5. Berdasarkan hasil survei yang dirilis oleh IHS Markit tersebut, PMI di atas 50 menunjukkan geliat industri manufaktur dinilai ekspansif.

Kurs rupiah terhadap dolar AS pada penutupan perdagangan 30 Juni 2021 melemah 15 poin atau 0,1% dibandingkan hari sebelumnya. Rupiah ada di posisi Rp 14.500 per dolar AS, dibandingkan pada hari sebelumnya Rp 14.485 per dolar AS. melemahnya kurs rupiah dipicu oleh  penyebaran kasus Covid-19 yang memburuk di Indonesia, dan investor juga menunggu data pekerjaan AS yang menjadi arah kebijakan moneter Federal Reserve AS.

BI masih berkomitmen untuk ikut mendukung pendanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 melalui pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar perdana. Hingga 15 Juni 2021, bank sentral sudah membeli SBN di pasar perdana tercatat sebesar Rp 116,26 triliun, yang terdiri dari Rp 40,80 triliun melalui mekanisme lelang utama dan Rp 75,46 triliun melalui mekanisme Greenshoe Option (GSO). Tak hanya itu, BI juga telah melakukan injeksi likuiditas atau quantitative easing di perbankan hingga 15 Juni, mencapai Rp 94,03 triliun. Dengan begitu, Perry memastikan kondisi likuiditas tetap longgar didorong kebijakan moneter yang akomodatif dan dampak sinergi Bank Indonesia dengan pemerintah dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional.

Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) mencatat, realisasi program PCPEN hingga akhir 2020 hanya mencapai Rp 579,83 triliun, dari total alokasi anggaran sebesar Rp 695,20 triliun. Sedangkan pada 2021, anggaran program PCPEN ditetapkan Rp 699,43 triliun, naik 21% dari realisasi 2020. PCPEN tahun ini difokuskan pada lima program, yaitu penanganan kesehatan; perlindungan sosial; dukungan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan pembiayaan korporasi; insentif usaha dan pajak; serta program prioritas. Menurut keterangan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya, realisasi PCPEN hingga 18 Juni tahun ini mencapai 32,4% atau setara Rp 226,63 triliun, dari total pagu anggaran sebesar Rp 699,43 triliun.