IHSG pada penutupan perdagangan 31 Agustus 2020 mencatatkan pelemahan sebesar -2,02% atau turun 108,17 poin ke level 5.238,48. Penurunan IHSG tertekan aksi net sell atau jual bersih asing yang mencapai Rp 1,92 triliun di seluruh pasar.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober 2020 turun 36 sen menjadi US$42,61 per barel di New York Mercantile Exchange. Harga minyak mentah Brent untuk pengiriman November 2020 merosot 53 sen menjadi US$45,28 per barel di London ICE Futures Exchange. Kekhawatiran pelemahan permintaan mencuat seiring terus berlanjutnya pandemi virus Corona (COVID-19) dan cadangan AS tercatat lebih melampaui perkiraan, mengimbangi meningkatnya persediaan bahan bakar dan melemahnya permintaan.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Agustus 2020 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 4,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 3,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,75%. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan keputusan ini konsisten dengan perlunya menjaga stabilitas eksternal, di tengah inflasi yang diprakirakan tetap rendah.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Agustus 2020 terjadi deflasi sebesar 0,05 % atau inflasi sebesar -0,05 % dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 104,90. Tingkat inflasi tahun kalender (Ytd) dari Januari hingga Agustus 2020 sebesar 0,93 % . Sedangkan tingkat inflasi secara tahun ke tahun sebesar 1,32 %.
Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve mengumumkan pendekatan baru terhadap inflasi dan angka pengangguran dalam kebijakan moneternya memberikan efek berbeda terhadap pasar obligasi dan saham negara berkembang, termasuk Indonesia. Dalam pidatonya secara virtual, bank sentral terkuat AS itu mengindikasikan bahwa inflasi di atas 2% akan ditolerir “untuk beberapa waktu”, dalam arti tak otomatis diikuti kenaikan suku bunga acuan. Bagi aset pendapatan tetap seperti obligasi, inflasi tinggi merupakan musuh utama yang menggerus imbal hasil investor. Namun ketika suku bunga acuan tetap rendah maka keuntungan riil (real return) pun semakin tergerus. Sebaliknya bagi bursa saham, suku bunga rendah yang dikombinasikan dengan suntikan likuiditas bank sentral ke pasar keuangan akan memicu limpahan dana panas yang bakal menyerbu bursa saham negara berkembang.
Berdasarkan data dari McKinsey pada Juni lalu, sejak awal pandemi Covid-19, setidaknya terjadi kenaikan penjualan di e-commerce sebesar 26% dan mencapai 3,1 juta transaksi per hari. Selain itu, data terbaru dari Danareksa bahwa sektor kuliner dan traveling menjadi kategori yang konsumsinya paling dikurangi masyarakat saat masa pandemi. Masa pandemi disebut membuat masyarakat mengalihkan konsumsi prioritas ke pemenuhan kebutuhan primer yaitu naik 52,6%, kemudian kebutuhan sekolah baik 34%, dan personal care naik 29,1%.
Recent Comments